JAKEHOVIS - Berita Seputar Peran Aparat Negara

Loading

DPR di Bawah Pemerintahan Orde Baru: Analisis Kritis

DPR di Bawah Pemerintahan Orde Baru: Analisis Kritis


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Bawah Pemerintahan Orde Baru: Analisis Kritis

DPR merupakan lembaga legislatif yang menjadi wakil rakyat dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah. Namun, bagaimana sebenarnya DPR beroperasi di bawah pemerintahan Orde Baru? Mari kita lakukan analisis kritis terhadap peran DPR di masa tersebut.

Pada era Orde Baru, DPR dianggap sebagai alat pengesahan kebijakan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. DPR menjadi bagian dari struktur kekuasaan yang terkontrol secara ketat oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari keterbatasan dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah.

Menurut Prof. Dr. Ryaas Rasyid, seorang pakar ilmu politik, “DPR di bawah pemerintahan Orde Baru cenderung menjadi sekadar ‘boneka’ pemerintah. Mereka lebih banyak menyetujui kebijakan pemerintah tanpa melakukan kritik yang konstruktif.”

DPR di bawah pemerintahan Orde Baru juga seringkali terlibat dalam praktik korupsi dan nepotisme. Hal ini membuat lembaga legislatif tersebut kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Menurut data yang diungkapkan oleh Transparency International Indonesia, kasus korupsi di DPR pada masa Orde Baru sangat merajalela.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa ada juga anggota DPR di masa Orde Baru yang berjuang untuk melawan kekuasaan otoriter. Mereka mencoba untuk memberikan suara yang berbeda dan melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Namun, upaya mereka seringkali diabaikan atau bahkan dihukum oleh rezim yang berkuasa.

Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk belajar dari sejarah dan mencegah terulangnya kesalahan yang sama di masa depan. DPR di bawah pemerintahan Orde Baru memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya independensi lembaga legislatif dan peran kritisnya dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, seorang ahli sejarah Indonesia, “DPR harus menjadi ‘check and balance’ bagi pemerintah, bukan sekadar alat pengesahan kebijakan. Mereka harus berani melakukan kritik dan mengawasi pemerintah dengan independen.”

Dengan demikian, melalui analisis kritis terhadap peran DPR di bawah pemerintahan Orde Baru, kita dapat belajar untuk memperbaiki sistem politik kita agar lebih demokratis dan transparan. Semoga pengalaman buruk tersebut dapat menjadi cambuk bagi kita untuk terus berjuang memperbaiki sistem politik di Indonesia.